Arti Sebuah Bangunan

08 , August , 2018
Arti Sebuah Bangunan

Minggu lalu, ada seorang customer menyalami saya ketika baru saja turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih berulang kali. Saya belum mengenal bapak ini dan dia begitu hangatnya menyambut saya seolah kami sahabat lama. Saya kaget dan terheran - heran karena hal ini tidak seperti biasanya dan terlalu 'lebay' menurut saya dalam hati. Kemudian saya mulai membuka percakapan. Dari perkenalan singkat di awal, saya tahu ternyata beliau adalah seorang tukang pasang atap. Bapak ini umurnya sudah tidak bisa dibilang muda lagi.

Setelah mengambil tas di mobil saya ajak beliau untuk ikut masuk ke kantor. Saya tertarik untuk mengenalnya lebih jauh dan tentu saja alasannya berterimakasih tadi. Singkat cerita terjadilah percakapan pendek seperti ini:

 

Bapak: Njenengan (red: anda) yang punya perusahaan ini?

Saya : Oo..iya pak, tapi saya tidak bekerja sendiri, saya kerja team. Memang kenapa pak?

Bapak : Saya terimakasih sekali lho dik (sambil kembali menyalami saya dan tidak melepaskannya), kalau bukan karena perusahaan njenengan, ngga tau saya jadi apa sekarang.

Saya : (terheran heran) wahh... tidak lah pak. Saya yang berterimakasih karena Bapak sudah belanja ditempat kami. Memang harga kami cukup kompetitif dan...

Bapak: Ooo bukan... bukan itu (bapak itu memotong). Bukan karena harganya, yang jual lebih murah dari njenengan ada. tapi saya seneng karna mbak-mbak'e enak diajak ngobrol dan bisa kasih solusi mengenai produk yang cocok. Pengiriman juga bisa cepat. Lha kejadian kemaren itu saya minta barangnya dikirim segera karena mesin yang harganya milyaran sudah datang... tidak disangka setelah selesai atapnya dipasang langsung hujan deras sekali... Alhamdulilah... coba telat sehari..ora iso mbayangke (red: tidak bisa saya bayangkan)...iso tangisan londo (sambil tertawa terbahak bahak). Saya sempat khawatir pengirimannya akan molor seperti yang lain, ternyata mbaknya disini kirimnya tepat waktu. Karena itulah saya datang lagi kesini untuk mengucapkan terimakasih.

Saya: O, begitu ternyata ceritanya. Saya sempat kaget juga waktu bapak menyalami saya tadi
(saya potong sampai disini percakapannya...karena si bapak masih lanjut ngobrol dan terlalu panjang kalau saya tulis disini).
Singkat cerita saya harus memulai meeting evaluasi mingguan team kami, jadi saya mencoba menyudahi pembicaraan kami.

Saya : nggehh pun pak, saya atas nama perusahaan dan team juga mengucapkan terimakasih atas kepercayaannya, kami akan terus berusaha membantu memberikan solusi terbaik untuk semua pelanggan kami. Diminum dulu Pak, cuacanya panas (sambil saya menyodorkan air mineral gelas yang memang disediakan untuk tamu). Saya tinggal naik dulu..nanti Bapak bisa bicara dengan mbak ini (sambil saya persilakan salah satu team kami untuk mengambil alih).

 

Cerita bapak tadi tanpa disangka memberikan bahan yang bagus untuk evaluasi team kami. Pelajaran tentang mengedukasi pelanggan, komunikasi yang baik dan kecepatan dalam pelayanan serta pengiriman ternyata lebih penting daripada sekedar harga murah. Terkadang apa yang kita anggap biasa bisa menjadi sesuatu yang luar biasa bagi orang lain. Jabat tangan hangat bapak itu memberikan semangat baru dan ceritanya memotivasi kami untuk melayani lebih baik.